Minggu, 04 Desember 2011

Poetry II

         Gejolak Sosial

Rakyat misikin?, tak masalah
Rakyat susah?, sudah biasa
Rakyat menderita?, apa lagi!

Heran...heran...dan heran
Mungkin 1 patah kata yang tepat untuk pemerintah
Jangan salahkan kami
Apabila kami mengatakan itu

Kami rakyatmu sudah bosan
Lelah dengan semua keadaan ini
Coba rasakan apa yang kami alami

Di sana, di singgah sana kalian
Dengan senyum tersungging di wajah
Tatapan tanpa beban
Memandang kami dengan hampa

Mampukah kalian merubah cermin kalian?
Di sisni kami ragu...ragu akan figur besar kalian
Tak ada lagi rasa percaya
Tak ada lagi pengharapan

Tolong ubah pandangan kami
Kami ingin semua seperti dahulu
Bersama menjalani hidup
Dengan saling percaya yang tulus


      Pencarian Diri

Malu
Ku tatap sosok di hadapanku
Hati kerut... jiwa hampa melayang
Hilang tanpa tahu arah

Ku coba tuk terus mencari
Apa daya... tak kunjung ku temui
Namun tetap ku coba
Ku tatap lagi sosok itu

Tapi hanya roman muramlah yang kutemui
Rasa iri menghampiri
Melihat diri yang lain
Semua berbeda....semua tak sama
Ketidaksempurnaan menghinggapi

Sosok itu adalah diriku
Yang malu akan diri sendiri
Ingin rasanya lepas
Bebas melangkah ke luar
Dengan rasa percaya akan diri
Terus melangkah

Kamis, 07 Juli 2011

Cerpen



PELAJARAN dan NILAI KEHIDUPAN
           
Namaku Christy, umurku baru 14 tahun dan  sedang duduk di kelas IX salah satu SMP swasta di Palembang. Hari-hari, ku lewati layaknya hari-hari setiap anak pada umunya, belajar di sekolah, bermain bersama teman-teman dan menghabiskan waktu senggang di rumah bersama keluarga.
            Masa-masa ku di kelas IX, sangat menyenangkan, memiliki banyak waktu untuk belajar bersama teman-teman diselingi dengan gurauan kecil. Suatu hari aku dan beberapa temanku mendapat tugas mewakili sekolah untuk menghadiri “Pensi” atau Pentas Seni yang diadakan oleh sebuah SMA swasta di Palembang. Pensi ini diadakan secara rutin tiap tahunnya oleh sekolah tersebut dan ditujukan untuk mempromosikan sekolah tersebut kepada murid-murid kelas IX yang akan lulus nantinya.
            Pensi tersebut sangat menghibur kami, murid-murid yang hadir. Ada sebuah drama tentang ‘Kerajaan’ yang sangat konyol, modern dance, dan suara musik band yang sangat keras yang ku rasa sangat mengganggu pendengaran. Setelah kurang lebih 2 jam acara pensi itu pun selesai. Kami murid-murid dari berbagai SMP swasta di Palembang, yang diundang sebagai tamu mendapatkan snack dan dilanjutkan dengan makan siang. Menu makan siang tersebut sangat besar bagiku, sehingga membuat ku tidak mampu lagi untuk memakan snack yang diberikan. Akhirnya, aku memutuskan untuk membawanya pulang dan ku berikan kepada adikku.
            Untuk pulang kami harus berjalan tidak terlalu dan harus melewati sebuah jembatan penyeberangan. Di sana ku dapati  berjejeran pengemis tua dan rentah. Tiba-tiba seorang kakek pengemis berusaha untuk meraih makanan ditanganku, aku lupa untuk meletakkannya di dalam tas ku. Hal itu membuat ku terkejut, makanan yang sebaiknya ku berikan kepadanya malahan  ku jauhkan dari jangkauannya, dan aku pun tetap melangkah melewati jembatan tersebut dengan perasaan sedikit takut.
            Dan di dalam bus untuk perjalanan pulang, aku memikirkan hal tersebut. Dalam hatiku, aku berkata, “Aduh....... kenapa makanan ini tak ku berikan saja kepada kakek itu ya? Kan kasihan pasti belum makan sampai-sampai hampir merebut makanan ini, mungkin itu karena menahan lapar yang terangat-sangat. Aduh........ ya sudahlah, maafkan aku ya Tuhan, janji deh nggak lagi berbuat kayak tadi!!!”.
            Pengalaman baru tadi membuat pikiranku terbuka, mengenai hal-hal di luar sana yang mungkin tidak kita hiraukan setiap harinya. Banyak kakek-kakek dan nenek-nenek rentah tanpa keluarga berbaring di trotoar jalan, meminta-minta kepada setiap orang yang lewat, berharap sedikit pemberian dari mereka. Anak-anak kecil yang berkeliaran di jalanan bagaikan semut-semut kecil yang mencari makan, memberikan sedikit jasanya untuk membersihkan setiap mobil yang berhenti di lampu merah ataupun sekedar menadahkan tangan menanti adakah seorang baik hati yang meletakkan receh demi receh di tangan kecil mereka, demi menahan rasa lapar yang mungkin hadir sejak pagi bahkan hari kemarin. Mungkin mereka tidak merasakan, begitu senangnya masa anak-anak yang dipenuhi dengan hari-hari bermain. Walaupun mungkin hal itu sering terbayang dipikiran dan  tersirat dalam hati mereka. Ataupun sekelompok anak muda yang mengadu nasib di jalanan dengan  bernyanyi disertai suara musik dari alat-alat seadanya, yang sebenarnya suara dan lirik-lirik lagu yang dinyanyikan penuh akan makna kehidupan rakyat kecil, tidak kalah bagusnya atau bahkan lebih bagus daripada artis-artis yang hanya sekedar aji mumpung,  berubah haluan dari berakting menjadi bernyanyi dengan suara pas-pasan dan lirik lagu tanpa makna.
            Ini menimbulkan suatu pertanyaan di benakku, “apakah kehidupan yang sebenarnya seperti ini? Dipenuhi ketidakadilan dan kesusahan. Kehidupan yang tidak pernah ku rasakan sebelumnya, begitu pula teman-teman dan masyarakat di sekitarku. Apakah ini merupakan kesalahan mereka, kesalahan nenek moyang mereka yang mungkin tidak berusaha  mencari nafkah yang cukup, ataukah ini memang takdir dan nasib mereka?”, “tak tahulah!!!”. Sulit bagi mereka untuk memperbaiki hidup, di zaman sekarang yang penuh dengan persaingan yang tidak berkesudahan.
            “Bagaimanakah mereka harus mengubah hidupnya?. Dengan berjualan sebagai pedagang kaki lima pun, rakyat kecil sering diperlakukan tidak adil, dengan menggusur secara paksa dagangan mereka, sering tidak dikembalikan ataupun untuk mengganti kerugianrugi. Apalagi para pengamen jalanan.” Pendapatku, “Sebenarnya pekerjaan yang mereka lakukan itu tidak salah, mungkin karena tempat yang tidak tepat, itu pun terjadi karena tempat yang tepat tersebut telah hilang, didahului oleh orang-orang yang ku rasa kurang tepat untuk memperolehnya.”
            “Ditambah lagi dengan aturan-aturan pemerintah yang tidak dapat menyelesaikan permasalahan. Kita dilarang untuk memberi uang apalagi hal lainnya, padahal kita ikhlas memberikannya, dan orang yang kita beri merupakan orang yang tepat untuk mendapatkannya. Bila melanggar, akan di hukum, bila tidak memberi, kasihan. Tapi aku tahu, peraturan itu juga ada baiknya, untuk melatih merekamenjadi rajin bekerja dan bertanggung jawab atas hidup mereka. Aduh....aduh.... serba salah, memang hidup itu penuh pilihan yang membingungkan.” “Tapi, selain aturan pemerintah, ada hal lain yang mengganjal. Niat dari hati masing-masing orang masih dirasa kurang, banyak yang tidak tergerak untuk memberikan sedikit uang, meskipun orang-orang susah itu telah berusaha memberikan jasanya, dan mereka pun hanya dianggap seperti angin lalu.”
            “Tapi mau bagaimana lagi, aku sendiri hanyalah seorang anak sekolah,  tidak dapat melakukan  hal besar yang dapat merubah keadaan ini, hal-hal membingungkan ini malahan membuat kepalaku pusing dan sakit.” Namun, dari kehidupan mereka yang penuh liku, aku memperoleh nilai-nilai kehidupan lagi yang tentunya sangat berguna. “Jangan pernah menyesal dengan apa yang kita peroleh sekarang, walaupun itu buruk sekalipun, karena  mungkin itu hanya hal yang dapat kita lakukan untuk saat ini, kita masih punya waktu di depan sana yang sebaiknya kita gunakan untuk memperbaikinya dan mungkin dapat mewujudkan suatu hal yang luar biasa, tentunya dengan penuh semangat dan rasa percaya , yakin atas kebaikan Tuhan. Apapun orang berkata, ya...... sekedar didengar saja jika tidak berkenan, dan diterima bila membangun.”
            “Perhatikanlah lingkungan di sekitar mu, dan cobalah untuk memberikan yang terbaik”.

Aspek-Aspek Perkembangan dan Permasalahan dalam membangun Kepribadian Remaja yang Berkualitas

Manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan terus-menerus selama hidupnya. Sejak terjadinya konsepsi atau pembuahan sel telur wanita dan sperma laki-laki di dalam rahim ibu, pertumbuhan dan perkembangan pun dimulai. Tubuh terus bertumbuh, dan jiwa pun berkembang. Setelah melewati masa bayi dan kanak-kanak, akhirnya akan berada pada masa dimana disebut remaja. 

Beberapa ahli psikologi mangatakan bahwa batas usia remaja adalah 12 sampai 21 tahun, yang terbagi dalam tiga fase, yaitu remaja awal, remaja pertengahan, dan remaja akhir. Di Indonesia, yang disebut remaja adalah yang berusia 11 sampai 24 tahun dan belum menikah. Jika dilihat dari tingkat pendidikan, pada umumnya remaja duduk di sekolah menengah seperti SMP, SMA atau SMK, dan remaja akhir yang duduk di bangku kuliah.

Namun, batasan usia itu bisa saja berubah karena adanya perkembangan zaman dan kemajuan teknologi masa kini. Dapat dilihat, anak-anak zaman sekarang mulai menunjukkan tanda-tanda pubertas seperti menstruasi dan lainnya di usia yang cenderung lebih muda disbanding anak-anak pada zaman sebelumnya.

Masa remaja adalah tahap perkembangan yang sangat penting dalam kehidupan seorang manusia. Masa remaja juga dapat disebut sebagai masa peralihan setiap individu dari pribadi kanak-kanak menjadi dewasa. Pada masa ini, para remaja mengalami cukup banyak perubahan, baik perubahan dalam diri, maupun perubahan yang menyangkut lingkungan di sekitar. Perubahan-perubahan yang terjadi ini sangat menarik untuk diketahui. Masa remaja pun digunakan sebagai waktu untuk menemukan jati diri dan  menjadi proses pembentukan kepribadian yang baik.

Permasalahan mengenai kehidupan remaja ini sangat baik untuk diketahui, sehingga masa remaja dapat dijalani sesuai dengan harapan. Hal ini yang menjadi pertimbangan penulis untuk manjadikan masa remaja sebagai topik dari karya ilmiahnya. Selain itu, berdasarkan topik bahasan yang penulis ambil mengenai masa remaja, penulis ingin merefleksikan sendiri pengalaman-pengalaman yang diperoleh dalam menjalani masa remaja. 

1. Pengertian Masa Remaja
Manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan terus-menerus selama hidupnya. Beberapa ahli psikologi mengatakan bahwa batas usia remaja adalah 12 sampai 21 tahun, yang terbagi dalam tiga fase, yaitu remaja awal, remaja pertengahan, dan remaja akhir. Di Indonesia, yang disebut remaja adalah yang berusia 11 sampai 24 tahun dan belum menikah (Adisti,2010:16).
            Remaja berasal dari bahasa Latin, yaitu adolescere yang artinya tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan. Istilah adolescere  memiliki arti yang luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial, intelektual, dan fisik (Ali,2004:9).  
            Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988:739), “Remaja: 1. Mulai dewasa; sudah sampai umur untuk kawin: ia sekarang—sudah, bukan kanak-kanak lagi; 2. Muda: pengantin perempuannya masih—benar; 3. Pemuda: pemerintah mendirikan gelanggang—untuk sarana kegiatan olahraga”.
            Remaja merupakan fase perkembangan yang sedang berada pada masa yang sangat potensial, baik dari aspek kognitif, emosi, maupun fisik. Perkembangan intelektual secara terus-menerus mambuat remaja mampu mencapai tahap berpikir operasional formal di mana remaja mampu berpikir secara lebih abstrak serta mempertimbangkan segala peluang yang ada terhadap suatu permasalahan (Shaw dikutip Ali,2004:10).
Masa remaja adalah tahap perkembangan yang penting dalam kehidupan seorang manusia. Pada masa ini, individu akan mengalami cukup banyak perubahan, baik perubahan dalam diri, maupun perubahan yang menyangkut lingkungan di sekitar. Secara psikologis, remaja merupakan usia di mana individu terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, usia di mana individu merasa sama, atau paling tidak sejajar dengan orang yang lebih tua (Piaget dikutip Ali,2004:9).
            Remaja sebenarnya tidak memiliki tempat yang jelas. Mereka sudah tidak termasuk dalam golongan anak-anak, tetapi belum juga dapat diterima secara penuh untuk masuk ke golongan orang dewasa. Oleh karena itu, remaja seringkali dikenal dengan fase mencari jati diri.
Pada masa remaja ada suatu krisis yang terjadi, yaitu krisis identitas remaja. Mereka harus bergumul dengan berbagai pilihan, keputusan dan tekanan. Remaja mengalami kesulitan dengan dirinya sendiri, dan mereka juga mengalami kesulitan dengan orang tua. Remaja cenderung tidak stabil dan perubahan perasaan bisa terjadi secara tiba-tiba. Mereka mengukur segalanya dengan ukuran diri sendiri, tidak logis dan umumnya mempunyai watak untuk memberontak (Gardner,1988:2).
Sebagai remaja, semakin banyak norma dan aturan yang harus dipatuhi. Lingkungan di sekitar seperti sekolah, keluarga, dan masyarakat mulai membentuk harapan. Harapan agar remaja bisa bersikap dewasa dan tidak kekanak-kanakan lagi, serta harus bisa bertanggung jawab, cepat mengambil keputusan, dan banyak lagi lainnya.
            Dengan adanya harapan-harapan dari orang di sekitarnya, remaja terdorong untuk mengubah dirinya agar sesuai dengan harapan tersebut. Harapan-harapan tersebut bertujuan agar para remaja memiliki pribadi yang berkualitas.

2. Pengertian Kepribadian
            Kepribadian merupakan sifat hakiki yang tercermin pada sikap seseorang yang membedakan dirinya dengan orang lain. Kepribadian juga berarti keadaan manusia sebagai perseorangan dengan keseluruhan sifat-sifat yang merupakan wataknya (Kamus Besar Bahasa Indonesia,1998:700—701).
  Andaiyani (http://id.shvoong.com, diakses pada 17 Maret 2011) menyatakan, “Kepribadian merupakan kecenderungan psikologis seseorang untuk melakukan tingkah laku sosial tertentu, baik berupa perasaan, berpikir, bersikap, dan berkehendak maupun perbuatan.


            Bouwer dikutip Andaiyani (http://id.shvoong.com, diakses pada 17 Maret 2011) menyatakan, “Kepribadian adalah corak tingkah laku sosial yang meliputi corak kekuatan, dorongan, keinginan, opini dan sikap-sikap seseorang.  Kepribadian merupakan organisasi sikap-sikap yang dimiliki seseorang sebagai latar belakang terhadap terbentuknya perilaku (Newcombe dikutip Andaiyani, http://id.shvoong.com, diakses pada 17 Maret 2011).
            Horton dikutip Olija (http://putra-tatiratu.blogspot.com, diakses pada 17 Maret 2011) menyatakan, “Kepribadian adalah keseluruhan sikap, perasaan, ekspresi dan temparmen seseorang. Sikap perasaan ekspresi dan tempramen itu akan terwujud dalam tindakan seseorang jika di hadapan pada situasi tertentu. Setiap orang mempunyai kecenderungan prilaku yang baku, atau pola dan konsisten, sehingga menjadi ciri khas pribadinya.
            Kepribadiaan sebagai keseluruhan pola sikap, kebutuhan, ciri khas dan prilaku seseorang. Pola berarti sesuatu yang menjadi standar baku, sehingga kalau di katakan pola sikap, maka sikap itu sudah baku berlaku terus menerus secara konsisten (Schever dikutip Olija, http://putra-tatiratu.blogspot.com, diakses 17 Maret 2011).
            Pembentukan kepribadian dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, faktor biologis dan lingkungan. Faktor biologis yaitu semua hal yang di terima seseorang sebagai manusia melalui gen kedua orang tuanya atau sifat turunan dari kedua orang tua. Faktor lingkungan  menjadi faktor eksternal sehingga tidak memberi pengaruh yang terlalu besar dalam pembentukan kepribadian seseorang.

3. Pengertian Kualitas
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988:467), “Berkualitas: mempunyai kualitas; bermutu (baik): setiap perguruan tinggi ingin menghasilkan sarjana yang – baik”. Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Pendekatan yang dikemukakan Davis menegaskan bahwa kualitas bukan hanya menekankan pada aspek akhir yaitu produk dan jasa tetapi juga menyangkut kualitas manusia, kualitas proses dan kualitas lingkungan (Davis dikutip Arianto, http://smileboys.blogspot.com, diakses pada 17 Maret 2011).


  
4. Aspek-aspek Perkembangan pada Remaja
Manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan secara terus-menerus. Dan salah satu tahap yang dilalui adalah masa remaja. Remaja berasal dari bahasa Latin, yaitu adolescere yang artinya tumbuh untuk mencapai kematangan, mencakup kematangan mental, emosional, sosial, intelektual, dan fisik (Ali, 2004:9). 
Masa remaja adalah tahap perkembangan yang penting dalam kehidupan seorang manusia. Pada masa ini, individu akan mengalami cukup banyak perubahan, baik perubahan dalam diri, maupun perubahan yang menyangkut lingkungan di sekitar. Perkembangan-perkembangan ini meliputi banyak aspek, yaitu fisik, intelektual, emosi, hubungan sosial, kemandirian, dan sikap.
4.1        Perkembangan Fisik
Perkembangan fisik merupakan suatu proses perubahan fisiologis yang bersifat progresif, berkelanjutan, dan berlangsung dalam periode tertentu. Perkembangan ini meliputi perkembangan progresif yang bersifat internal yaitu, perkembangan organ-organ dalam tubuh, serta yang bersifat eksternal yaitu, meliputi tinggi badan, berat badan, dll.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan fisik, yaitu:
4.1.1 Faktor Internal
4.1.1.1     Orang tua mewariskan sifat jasmaniah kepada anaknya. Contoh: Anak yang memiliki orang tua tinggi cenderung memiliki tubuh yang tinggi pula.
4.1.1.2     Faktor kematangan, maksudnya perkembangan seorang anak  untuk sampai pada setiap tahap pertumbuhan pada umumnya akan terjadi sesuai usianya. Contoh: pada umumnya seorang anak akan mampu berjalan ketika umur 10 bulan. Dan bagi anak dengan usia di bawah 10 tahun tidak mungkin berhasil walaupun pemenuhan gizinya lebih baik.

4.1.2   Faktor Eksternal
4.1.2.1     Kesehatan sangat mempengaruhi perkembangan fisik. Contoh: anak yang sering sakit akan mengalami keterlambatan dalam perkembangan fisiknya.
4.1.2.2     Dengan pemenuhan gizi yang baik, pertumbuhan fisik akan berjalan baik pula.

4.2             Perkembangan Intelektual
Perkembangan intelektual merupakan proses psikologis yang di dalamnya melibatkan proses meperoleh, menyusun, dan menggunakan pengetahuan, serta kegiatan mental seperti berpikir, menimbang, mengamati, mengingat, menganalisis, mengevaluasi, dan memecahkan suatu persoalan. Istilah inteligensi berasal dari bahasa Latin intelligere yang berate menghubungkan atau menyatukan satu sama lain (Ali,2004:27).
Ali (2004: 27) menyatakan,
Menurut William Stern, intelegensi merupakan kemampuan untuk menggunakan secara tepat alat-alat bantu dan pikiran guna menyesuaikan diri terhadap tuntutan-tuntutan baru. Sedangkan Leis Hedison Terman berpendapat bahwa intelegensi merupakan kesanggupan untuk belajar secara abstrak.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan intelektual:
4.2.1        Faktor Hereditas
Sifat-sifat yang menentukan daya kerja intelektual seseorang telah dimiliki sejak dalam kandungan. Setiap anak telah membawa kemungkinan, apakah akan menjadi kemampuan berpikir setaraf normal, di atas normal, atau di bawah normal.

4.2.2       Faktor Keluarga
Tindakan yang paling penting untuk dilakukan orang tua adalah memberi pengalaman kepada anak dalam berbagai bidang kehidupan sehingga anak memiliki informasi yang banyak yang akan digunakan senagai alat berpikir.

4.3        Perkembangan Emosi
Goleman dikutip Ali (2004:62) menyatakan, “Emosi merupakan setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu, setiap keadaan mental yang hebat dan meluap-luap”. Emosi juga diartikan sebagai luapan perasaan yang berkembang dan surut dalam waktu yang singkat. Keadaan dan rekasi psikologis dan fisiologis seperti kegembiraan, kesedihan, keharuan, dan kecintaan (Kamus Besar Bahasa Indonesia,2002:298).
Kesrepro.info.com (http://kesrepro.info.com, diunduh pada 6 Maret 2011) menyatakan,
Psikolog Amerika G. Stanley Hall mengatakan bahwa masa remaja adalah masa stres emosional, yang timbul dari perubahan fisik yang cepat dan luas yang terjadi sewaktu pubertas. Psikolog Amerika kelahiran Jerman Erik Erikson memandang perkembangan sebagai proses psikososial yang terjadi seumur hidup.
4.4        Hubungan Sosial
Hubungan sosial individu berkembang karena adanya dorongan rasa ingin tahu terhadap segala sesuatu yang ada di dunia sekitarnya. Dalam perkembanganya, setiap individu ingin tahu bagaimanakah cara melakukan hubungan yang baik dengan dunia sekitarnya. Ali (2004:85) menyatakan, “Hubungan sosial dimulai dari lingkungan rumah sendiri kemudian berkembang lebih luas lagi ke lingkungan sekolah, dan dilanjutkan kepada lingkungan yang lebih luas lagi, yaitu teman sebaya”.
Faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan social:
4.4.1        Keluarga
Dalam proses perkembangan sosial seorang anak, kebutuhan akan rasa aman, dihargai, disayangi, diterima, dan kebebasan untuk menyatakan dirinya sangat diperlukan. Remaja hidup dalam suatu kelompok yang disebut keluarga. Salah satu aspek yang dapat mempengaruhi perilaku remaja adalah interaksi antaranggota keluarga. Kehidupan keluarga memiliki pengaruh kuat terhadap perkembangan hubungan sosial remaja karena sebagian besar kehidupannya ada di dalam keluarga.  
Ali (2004:96) menyatakan,

Oleh sebab itu, kata Jay Kesler (1978) remaja sangat memerlukan keteladanan dari orang tua dan orang dewasa lainnya. Pentingnya faktor keteladanan dikuatkan oleh Fawzia Aswin Hadis (1991) dan Soetjipto Wirosardjono (1991) bahwa orang tua harus dapat menjadi panutan dan jangan menerapkan orientasi (parent-oriented) orang tua serba benar, memiliki privilege, dan menekankan otoritas.

4.4.2        Sekolah
Sekolah merupakan perluasan lingkungan sosial dalam proses sosialisasi dan merupakan faktor lingkungan baru yang sangat menantang bahkan membuat cemas setiap anak. Sekolah dituntut menciptakan lingkungan kehidupan yang kondusif bagi perkembangan sosial remaja. Kondusif tidaknya kehidupan di sekolah dapat terlihat dari interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, keteladanan perilaku guru, dan kualitas guru sehingga dapat menjadi teladan bagi siswa siswi yang sedang dalam tahap remaja.

4.4.3        Masyarakat
Remaja sedang menjalani masa pencarian jati diri, sehingga faktor keteladanan dan kekonsistenan nilai dan norma dalam masyarakat menjadi sesuatu yang sangat penting. Namun tidak jarang masyarakat bersikap tidaak konsisten terhadap remaja. Di satu sisi remaja dianggap sudah beranjak dewasa, tetapi kenyataannya di sisi lain mereka tidak diberikan kesempatan atau peran penuh sebagaimana orang yang sudah dewasa.



4.5        Perkembangan Kemandirian
Individu yang mandiri adalah individu yang berani mengambil keputusan yang dilandasi oleh pemahaman akan segala konsekuensi dari suatu tindakan. Kemandirian dapat terbentuk dengan pengaruh dari beberapa faktor, yaitu pola asuh orang tua, system pendidikan di sekolah, dan kehidupan masyarakat. Orang tua yang terlalu banyak melarang anak tanpa disertai dangan penjelasan yang rasional akan menghambat perkembangan kemandirian. Proses pendidikan yang banyak menekankan pentingnya pemberian sanksi atau hukuman juga dapat menhambat perkembangan kemandirian. Dan sistem kehidupan masyarakat yang menekankan pentingnya hierarki struktur sosial dapat menghambat kelancaran perkembangan kemandirian.

4.6        Pembentukan Sikap
Fishbein dikutip Ali (2004:141) mengemukakan, “Sikap adalah predisposisi emosional yang dipelajari untuk merespons secara konsisten terhadap suatu objek”. Sikap dapat diekspresikan dalam bentuk kata-kata atau tindakan yang merupakan respons reaksi dari sikap terhadap sesuatu, baik berupa orang, peristiwa, atau pun situasi.
Sikap merupakan salah satu aspek psikologi yang sangat penting karena sikap merupakan kecenderungan untuk berperilaku sehingga akan banyak mewarnai perilaku seseorang. Sikap setiap orang berbeda, baik kualitas maupun jenisnya sehingga perilaku setiap orang menjadi bervariasi.
Lingkungan merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap pembentukan sikap, baik lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Remaja yang berkembang dalam lingkungan yang penuh dengan rasa aman, demokratis, penuh kasih, dan religious hendaknya dapat berkembang menjadi remaja yang berbudi luhur, memiliki moralitas tinggi, serta sikap dan perilaku yang terpuji.

 5. Permasalahan-permasalahan yang Dihadapi Remaja
Masa remaja merupakan masa yang paling sulit dan paling rumit dalam kehidupan.  Memang masa remaja adalah masa yang penuh tekanan hidup. Tidak jarang tekanan-tekanan ini menimbulkan kebingungan dalam diri seorang remaja. Remaja pun berusaha untuk mencari penyelesaian agar bisa keluar dari kebingungan tersebut.  Namun, dalam perjalanan untuk mencari penyelesaian tersebut, remaja sering mendapatkan kendala. Kendala tersebut berkaitan dengan beberapa perkembangan, yaitu:
5.1       Perkembangan Fisik
Keadaan fisik pada masa remaja dipandang sebagai suatu hal yang penting, namun ketika keadaan fisik tidak sesuai dengan harapannya, hal ini dapat menimbulkan rasa tidak puas dan kurang percaya diri. Begitu juga, perkembangan fisik yang tidak proporsional.

5.2        Perkembangan Intelektual
Ketika seorang remaja tidak mendapatkan kesempatan pengembangan kemampuan intelektual, terutama melalui pendidikan di sekolah, hal ini akan membuat perkembangan intelektual tidak optimal. Terhambatnya perkembangan intelektual dapat menimbulkan rasa minder dalam diri seorang remaja.

5.3      Perkembangan Perilaku Sosial dan Moralitas
Masa remaja disebut pula sebagai masa social hunger (kehausan sosial), yang ditandai dengan adanya keinginan untuk bergaul dan diterima di lingkungan kelompok sebayanya (peer group). Penolakan dari peer group dapat menimbulkan frustrasi dan menjadikan dia sebagai isolated dan merasa rendah diri. Namun sebaliknya apabila remaja dapat diterima oleh rekan sebayanya dan bahkan menjadi idola tentunya ia akan merasa bangga dan memiliki kehormatan dalam dirinya.

5.4    Perkembangan Emosi
Masa remaja disebut juga masa untuk menemukan identitas diri (self identity). Usaha pencarian identitas pun, banyak dilakukan dengan menunjukkan perilaku coba-coba, perilaku imitasi atau identifikasi. Ketika remaja gagal menemukan identitas dirinya, dia akan mengalami krisis identitas atau identity confusion, sehingga mungkin saja akan terbentuk sistem kepribadian yang bukan menggambarkan keadaan diri yang sebenarnya. Reaksi-reaksi dan ekspresi emosional yang masih labil dan belum terkendali pada masa remaja dapat berdampak pada kehidupan pribadi maupun sosialnya. Dia menjadi sering merasa tertekan dan bermuram durja atau justru dia menjadi orang yang berperilaku agresif. Pertengkaran dan perkelahian seringkali terjadi akibat dari ketidakstabilan emosinya.
Kendala-kendala tersebut tentu berdampak pada diri seorang remaja, sehingga mereka dapat mengalami permasalahan-permasalahan dalam hidupnya. Permasalahan-permasalahan tersebut berupa kenakalan remaja.
Kartono dikutip Ahira (http://AnneAhira.com, diakses tanggal 4 Februari 2011) menyatakan,

Kenakalan Remaja atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah juvenile delinquency merupakan gejala patologis sosial pada remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial. Akibatnya, mereka mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang.

Kenakalan remaja merupakan kumpulan dari berbagai perilaku remaja yang tidak dapat diterima secara sosial karena bertentangan dengan niali-nilai dan norma yang berlaku di masyarakat. Kenakalan remaja yang sering terjadi salah satunya adalah merokok. Beberapa alasan yang tidak masuk akal yang sering digunakan adalah mengikuti tren pergaulan ataupun hanya sekedar mencoba-coba. Banyak orang menggunakan rokok sebagai pelarian ketika mengalami suatu permasalahan. Padahal merokok tentu tidak dapat memberi jalan keluar bagi masalah tersebut. Dan apadila telah menjadi perokok, hal ini tidak menutup kemungkinan akan terjerumus ke dalam narkoba dan minuman keras yang tentu semakin berbahaya.
Kenakalan remaja selanjutnya adalah seks bebas. Hal ini dikarenakan minimnya pengawasan dan perhatian yang diberikan oleh orangtua. Remaja zaman sekarang tampaknya juga semakin sulit untuk bertanggung jawab atas kebebasan yang telah diterima dan menyalahgunakan kepercayaan uang diberikan oleh orangtuanya. Pengaruh lingkungan, perggaulan, dan perkembangan teknologi yang memudahkan para remaja mengakses semua hal tanpa adanya batasan juga memperparah keadaan remaja saat ini.
Tindak kriminalitas di kalangan remaja pun tidak jarang ditemui. Berbagai macam tindak kriminalitas dari skala kecil sampai skala yang cukup besar turut dilakukan oleh remaja, seperti pencurian, tawuran, pemerkosaan, bahkan pembunuhan.  Pada umumnya, remaja pelaku kriminalitas adalah mereka yang memiliki hubungan yang kurang baik dengan keluarga dan orangtua. Hal tersebtut membuat remaja yang masih labil menjadi frustrasi lalu lepas kendali.
Di masa remaja yang penuh dengan gejolak dan perubahan ini, remaja memang sangat rentan terhadap hal-hal tersebut. Untuk mengatasi permasalahan tersebut beberapa hal dapat dilakukan.
Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin figur orang-orang dewasa yang telah melampaui masa remajanya dengan baik dan  juga mereka yang berhasil memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap remaja. Orang tua mampu menciptakan kondisi keluarga yang harmonis, komunikatif, dan nyaman bagi remaja.
Selain itu dari dalam diri remaja sendiri, remaja pandai memilih teman dan lingkungan yang baik, serta orangtua harus mampu memberi arahan dengan siapa dan di komunitas mana remaja harus bergaul. Remaja membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika ternyata teman sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan.
Arifin (http://ipin4u.esmartstudent.com, diunduh pada 4 Februari 2011) menyatakan,

Secara umum masalah yang terjadi pada remaja dapat diatasi dengan baik jika orang tuanya termasuk orang tua yang "cukup baik". Donald winnicott, seorang psikoanalisis dari Inggris memperkenalkan istilah "good enough mothering" ia menggunakan istilah ini untuk mengacu pada kemampuan seorang ibu untuk mengenali dan memberi respon terhadap kebutuhan anaknya, tanpa harus menjadi ibu yang sempurna. Sekarang laki-laki pun telah "diikutsertakan", sehingga cukup beralasan untuk membicarakan tentang "menjadi orang tua yang cukup baik"

6.  Kepribadian yang Hendak Dicapai

Remaja adalah anak yang dipindahkan dari dunia anak-anak yang penuh dengan kegembiraan ke dunia di mana orang tua tidak lagi dapat memecahkan semua persoalan dan tuntunan kenyataan yang begitu menekan. Remaja dituntut untuk mampu mencari jalan keluar yang tepat.
Remaja, orang di sekitar, dan peristiwa-peristiwa memiliki hubungan keterkaitan. Peristiwa-peristiwa dan manusia disekitar akan membentuk remaja, dan remaja juga membentuk peristiwa-peristiwa dan manusia di sekitarnya. Remaja dilatih, diajari, dan dibentuk untuk memiliki identitas diri. Beberapa ahli mangatakan bahwa dari umur 3 atau 4 tahun, anak kecil telah mampunyai suatu pemahaman mendasar tentang siapakah dia sebenarnya, tentang perasaan bahwa dirinya berharga atau tidak berharga, dan tentang bagaimana dia bisa cocok di dalam dunia ini.  Selama fase awal pembentukan identitas ini, anak mempunyai tugas untuk secara perlahan-lahan mencari tahu bahwa di dunia sana, dunia di luar dirinya itu, berbeda dengan dirinya.
Kelompok remaja adalah manusia yang mempunyai potensi. Remaja adalah suatu kelompok yang mempunyai vitalitas, semangat prioritas, dan  harapan penerus generasi. Di zaman yang penuh persaingan seperti ini, setiap individu dituntut untuk menjadi remaja yang luar biasa untuk dapat memenangkan persaingan di dunia yang keras.Untuk menjadi remaja yang luar biasa, kepribadian yang berkualitas harus dimiliki terlebih dahulu.
Kepribadiaan sebagai keseluruhan pola sikap, kebutuhan, ciri khas dan prilaku seseorang. Pola berarti sesuatu yang menjadi standar baku, sehingga kalau di katakan pola sikap, maka sikap itu sudah baku berlaku terus menerus secara konsisten (Schever dikutip Olija, http://putra-tatiratu.blogspot.com, diakses 17 Maret 2011).
Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Pendekatan yang dikemukakan Davis menegaskan bahwa kualitas bukan hanya menekankan pada aspek akhir yaitu produk dan jasa tetapi juga menyangkut kualitas manusia, kualitas proses dan kualitas lingkungan (Davis dikutip Arianto, http://smileboys.blogspot.com, diakses pada 17 Maret 2011).
Kepribadian yang berkualitas dapat diperoleh apabila remaja memiliki sikap-sikap sebagai berikut. Percaya diri sangat diperlukan karena hal ini menjadi awal bagi remaja untuk menunjukkan dirinya dan berani tampil di muka umum. Remaja hendaknya memahami kekurangan dan kelebihannya. Jangan manjadikan kekurangan sebagai penghambat, melainkan tetap berusaha memperbaiki kakurangan tersebut. Percaya diri membutuhkan sikap berani, yaitu tidak malu dan takut melakukan sesuatu yang baik. Rasa malu dan takut hanya menjadi penghambat untuk maju..
Remaja harus aktif dan kreatif. Dengan aktif, remaja bisa mendapat banyak pengalaman dan pengetahuan baru. Kreatif berarti memiliki pemikiran dan gagasan yang baru tentang suatu hal. Dengan kreatif, remaja akan mempunyai banyak cara untuk memecahkan permasalahan yang dihadapinya. Selain itu, kreatif juga membantu untuk menciptakan hal-hal yang baru.
Para remaja semestinya berani dalam mengambil keputusan. Remaja hendaknya terus berlatih membuat keputusan yang bijak dengan mempertimbangkan segala risiko dan baik-buruknya. Selanjutnya, bertanggungjawab akan keputusan yang telah diambil.
Remaja mulai banyak berubah dan mengalami pertentangan dengan orang tuanya. Perilaku berbohong pun dilakukan untuk menutupi kesalahan dan untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan. Remaja harus belajar untuk bersikap jujur, yaitu berkata apa adanya dan tidak menyangkal atau menutup-nutupi segala sesuatu. Terkadang berbuat jujur juga mengandung risiko. Orang tua bisa marah atau membuat teman merasa tersinggung. Namun, jangan takut terhadap risiko itu karena setiap kejujuran pasti menghasilkan suatu kebaikan.
Untuk menjadi remaja yang berkualitas, rasa empati juga harus dimiliki. Empati merupakan rasa peka terhadap lingkungan di sekitar, ikut merasakan apa yang orang lain rasakan, dan bisa menempatkan diri pada posisi orang tersebut (Adisti,2010:49).
Sikap yang paling diharapkan dari seorang remaja adalah kemandirian. Semakin banyak hal-hal yang harus dilakukan sendiri. Sikap mendiri perlu dikembangkan karena sikap ini menjadi ciri kalau seorang remaja sudah siap menjadi dewasa. Remaja yang berkualitas pasti memiliki nilai tambah, yaitu memiliki kebiasaan-kebiasaan yang baik. Dengan melakukan hal yang baik, pasti akan memberikan dampak yang positif. Kebiasaan-kebiasaan baik tersebut meliputi kebiasaan bangun pagi, membaca, berolahraga, dan masih banyak lagi.
Untuk dapat mencapai hal-hal tersebut, peran orang tua tidak terlepas. Peran orang tua sangat penting, yaitu mewariskan nilai, memberikan harapan untuk masa depan, dan konsep dasar mengenai arti hidup. Memberikan berbagai pengalaman hidup yang diperlukan untuk membantu perkembangan remaja dan akhirnya mampu menjadi seorang dewasa yang mandiri.  Hal lain yang sangat penting dalam mendidik anak remaja adalah menjaga hubungan yang cukup positif atau akrab dengan anak remaja anda.
Para remaja membutuhkan konsistensi dari orang tua untuk mengimbangi kondisinya sendiri yang selalu berubah-ubah. Jangan memberikan pesan yang tidak jelas, karena dapat menimbulkan kebingungan dan salah pengertian pada remaja. Orang tua hendaknya bisa menyatukan pendapat yang diyakini. Jangan takut mengemukakan apa yang orang tua harapkan dari anak remajanya.
Ketika remaja sedang mengalami suatu masalah, orang tua hendaknya tidak bereaksi berlebihan. Melainkan tetap sabar, mau mendengar dan memahami permasalah yang sedang dialami oleh renajanya. Orang tua sebaiknya berpegang pada pandangan sendiri, namun jangan terlalu kaku sehingga tidak mau mempertimbangkan pandangan dan konsep baru yang dimiliki oleh remaja.


 *Semoga uraian di atas berguna:)
Hendaknya para remaja dapat menemukan makna dari masa remaja itu sendiri. Berusaha menjalaninya sesuai dengan kemampuan pribadi, serta dapat memanfaatkan masa remajanya sebagai sarana membentuk kepribadian yang berkualitas.
Semangat Remaja Indonesia!!!





Sumber:
Adisti, Prisna.2010. Personality Plus for Teens. Yogyakarta: Pustaka Grhatama.

Ahira, Anne.____. “Cara Mengatasi Kenakalan Remaja”. http://AnneAhira.com. Diunduh pada 4 Februari 2011.

Ali, Mohammad, Mohammad Asrori. 2004. Psikologi Remaja. Jakarta: Bumi Aksara.  

Andaiyani. 2009.Pengertian Kepribadian Menurut Para Ahli. http://id.shvoong.com. Diunduh pada 17 Maret 2011.

Arianto. 2008. “Pengertian Kualitas”. http://smileboys.blogspot.com. Diunduh pada 17 Maret 2011.

Arifin, Syamsul.___. “Perkembangan Masa Remaja”. http://ipin4u.esmartstudent.com. Diunduh pada 4 Februari 2011.

Chen, Febe. 2010. “Menjadi Pribadi Unggul: Being a High Achiever”. http://inioke.com. Diunduh pada 6 Maret 2011.

Olija. 2008. “Pengertian Kepribadian Secara Umum”. http://putra-tatiratu.blogspot.com. Diunduh pada 17 Maret 2011.

Gardner, James E.. 1988. Memahami Gejolak Masa Remaja. Jakarta: Mitra Utama.

(1). 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

(3). 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

2006. “Remaja Kelompok Yang Perlu Dipahami”. http://www.refleksiteraphy.com. Diunduh pada 4 Februari 2011.

2008. “Masalah-masalah pada Remaja”. http://akhmadsudrajat.wordpress.com. Diunduh pada 6 Maret 2011.

2010. “Pengertian Masa Remaja”. http://definisi-pengertian.blogspot.com. Diunduh pada 6 Maret 2011.

“Masa Remaja”. http://kosrepro.info.com. Diunduh pada 6 Maret 2011.

“Pentingnya Peran Orang Tua Terhadap Pendidikan Anak Di Era Modernisasi”. http://www.ubb.ac.id. Diunduh pada 6 Maret 2011.

“Pergaulan remaja”. http://pusatremaja.com. Diunduh pada 6 Maret 2011.



(Tugas Akhir Kelas XI IPA)