Kamis, 07 Juli 2011

Cerpen



PELAJARAN dan NILAI KEHIDUPAN
           
Namaku Christy, umurku baru 14 tahun dan  sedang duduk di kelas IX salah satu SMP swasta di Palembang. Hari-hari, ku lewati layaknya hari-hari setiap anak pada umunya, belajar di sekolah, bermain bersama teman-teman dan menghabiskan waktu senggang di rumah bersama keluarga.
            Masa-masa ku di kelas IX, sangat menyenangkan, memiliki banyak waktu untuk belajar bersama teman-teman diselingi dengan gurauan kecil. Suatu hari aku dan beberapa temanku mendapat tugas mewakili sekolah untuk menghadiri “Pensi” atau Pentas Seni yang diadakan oleh sebuah SMA swasta di Palembang. Pensi ini diadakan secara rutin tiap tahunnya oleh sekolah tersebut dan ditujukan untuk mempromosikan sekolah tersebut kepada murid-murid kelas IX yang akan lulus nantinya.
            Pensi tersebut sangat menghibur kami, murid-murid yang hadir. Ada sebuah drama tentang ‘Kerajaan’ yang sangat konyol, modern dance, dan suara musik band yang sangat keras yang ku rasa sangat mengganggu pendengaran. Setelah kurang lebih 2 jam acara pensi itu pun selesai. Kami murid-murid dari berbagai SMP swasta di Palembang, yang diundang sebagai tamu mendapatkan snack dan dilanjutkan dengan makan siang. Menu makan siang tersebut sangat besar bagiku, sehingga membuat ku tidak mampu lagi untuk memakan snack yang diberikan. Akhirnya, aku memutuskan untuk membawanya pulang dan ku berikan kepada adikku.
            Untuk pulang kami harus berjalan tidak terlalu dan harus melewati sebuah jembatan penyeberangan. Di sana ku dapati  berjejeran pengemis tua dan rentah. Tiba-tiba seorang kakek pengemis berusaha untuk meraih makanan ditanganku, aku lupa untuk meletakkannya di dalam tas ku. Hal itu membuat ku terkejut, makanan yang sebaiknya ku berikan kepadanya malahan  ku jauhkan dari jangkauannya, dan aku pun tetap melangkah melewati jembatan tersebut dengan perasaan sedikit takut.
            Dan di dalam bus untuk perjalanan pulang, aku memikirkan hal tersebut. Dalam hatiku, aku berkata, “Aduh....... kenapa makanan ini tak ku berikan saja kepada kakek itu ya? Kan kasihan pasti belum makan sampai-sampai hampir merebut makanan ini, mungkin itu karena menahan lapar yang terangat-sangat. Aduh........ ya sudahlah, maafkan aku ya Tuhan, janji deh nggak lagi berbuat kayak tadi!!!”.
            Pengalaman baru tadi membuat pikiranku terbuka, mengenai hal-hal di luar sana yang mungkin tidak kita hiraukan setiap harinya. Banyak kakek-kakek dan nenek-nenek rentah tanpa keluarga berbaring di trotoar jalan, meminta-minta kepada setiap orang yang lewat, berharap sedikit pemberian dari mereka. Anak-anak kecil yang berkeliaran di jalanan bagaikan semut-semut kecil yang mencari makan, memberikan sedikit jasanya untuk membersihkan setiap mobil yang berhenti di lampu merah ataupun sekedar menadahkan tangan menanti adakah seorang baik hati yang meletakkan receh demi receh di tangan kecil mereka, demi menahan rasa lapar yang mungkin hadir sejak pagi bahkan hari kemarin. Mungkin mereka tidak merasakan, begitu senangnya masa anak-anak yang dipenuhi dengan hari-hari bermain. Walaupun mungkin hal itu sering terbayang dipikiran dan  tersirat dalam hati mereka. Ataupun sekelompok anak muda yang mengadu nasib di jalanan dengan  bernyanyi disertai suara musik dari alat-alat seadanya, yang sebenarnya suara dan lirik-lirik lagu yang dinyanyikan penuh akan makna kehidupan rakyat kecil, tidak kalah bagusnya atau bahkan lebih bagus daripada artis-artis yang hanya sekedar aji mumpung,  berubah haluan dari berakting menjadi bernyanyi dengan suara pas-pasan dan lirik lagu tanpa makna.
            Ini menimbulkan suatu pertanyaan di benakku, “apakah kehidupan yang sebenarnya seperti ini? Dipenuhi ketidakadilan dan kesusahan. Kehidupan yang tidak pernah ku rasakan sebelumnya, begitu pula teman-teman dan masyarakat di sekitarku. Apakah ini merupakan kesalahan mereka, kesalahan nenek moyang mereka yang mungkin tidak berusaha  mencari nafkah yang cukup, ataukah ini memang takdir dan nasib mereka?”, “tak tahulah!!!”. Sulit bagi mereka untuk memperbaiki hidup, di zaman sekarang yang penuh dengan persaingan yang tidak berkesudahan.
            “Bagaimanakah mereka harus mengubah hidupnya?. Dengan berjualan sebagai pedagang kaki lima pun, rakyat kecil sering diperlakukan tidak adil, dengan menggusur secara paksa dagangan mereka, sering tidak dikembalikan ataupun untuk mengganti kerugianrugi. Apalagi para pengamen jalanan.” Pendapatku, “Sebenarnya pekerjaan yang mereka lakukan itu tidak salah, mungkin karena tempat yang tidak tepat, itu pun terjadi karena tempat yang tepat tersebut telah hilang, didahului oleh orang-orang yang ku rasa kurang tepat untuk memperolehnya.”
            “Ditambah lagi dengan aturan-aturan pemerintah yang tidak dapat menyelesaikan permasalahan. Kita dilarang untuk memberi uang apalagi hal lainnya, padahal kita ikhlas memberikannya, dan orang yang kita beri merupakan orang yang tepat untuk mendapatkannya. Bila melanggar, akan di hukum, bila tidak memberi, kasihan. Tapi aku tahu, peraturan itu juga ada baiknya, untuk melatih merekamenjadi rajin bekerja dan bertanggung jawab atas hidup mereka. Aduh....aduh.... serba salah, memang hidup itu penuh pilihan yang membingungkan.” “Tapi, selain aturan pemerintah, ada hal lain yang mengganjal. Niat dari hati masing-masing orang masih dirasa kurang, banyak yang tidak tergerak untuk memberikan sedikit uang, meskipun orang-orang susah itu telah berusaha memberikan jasanya, dan mereka pun hanya dianggap seperti angin lalu.”
            “Tapi mau bagaimana lagi, aku sendiri hanyalah seorang anak sekolah,  tidak dapat melakukan  hal besar yang dapat merubah keadaan ini, hal-hal membingungkan ini malahan membuat kepalaku pusing dan sakit.” Namun, dari kehidupan mereka yang penuh liku, aku memperoleh nilai-nilai kehidupan lagi yang tentunya sangat berguna. “Jangan pernah menyesal dengan apa yang kita peroleh sekarang, walaupun itu buruk sekalipun, karena  mungkin itu hanya hal yang dapat kita lakukan untuk saat ini, kita masih punya waktu di depan sana yang sebaiknya kita gunakan untuk memperbaikinya dan mungkin dapat mewujudkan suatu hal yang luar biasa, tentunya dengan penuh semangat dan rasa percaya , yakin atas kebaikan Tuhan. Apapun orang berkata, ya...... sekedar didengar saja jika tidak berkenan, dan diterima bila membangun.”
            “Perhatikanlah lingkungan di sekitar mu, dan cobalah untuk memberikan yang terbaik”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar